Tulisan ini
berasal dari rangkuman atas buku Accounting Theory edisi 6 dan 7 karangan
Godfrey, diambil dari hasil rangkuman kelas sebelah (bukan tulisan
sendiri) dan tidak tercantum nama penulisnya, maka tidak saya tulis nama penulis tersebut. Karena bermanfaat maka saya upload..selamat membaca..
Aset di neraca disajikan kembali sebesar nilai keluar (harga jual) sehingga mereka mewakili 'nilai pasar wajar' kepada perusahaan dalam likuidasi, yaitu tidak dalam situasi 'fire-sale'.Laporan laba rugi merupakan laba (rugi) usaha serta keuntungan disesuaikan dengan inflasi dari aset induk. Oleh karena itu, laba diukur dengan konsep 'komprehensif' yang mengukur perubahan nyata total nilai semua elemen yang diakui dari ekuitas, dan mewakili akuntansi surplus bersih .Akuntansi surplus bersih adalah ketika laporan laba rugi menghubungkan keseimbangan neraca penutupan, dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke cadangan.
1. Menyediakan informasi yang berguna
3. Informasi yang Relevan dan dapat dipercaya.
5. Alokasi
6. Kenyataan (Reality)
7. Obyektifitas
8. Ukuran risiko
EXIT
PRICE ACCOUNTING
Exit
price accounting merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar
untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan.Menurut Edwards
and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat
ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Dengan sebutan
lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net relizable
value) dari aset).
Terdapat
beberapa kritik yang dilakukan menyangkut penggunaan nilai realisasi
bersih.Terutama adalah nilai ini mempunyai kelemahan dalam segi objektivitas.
Maksudnya penentuan harga jual atas aset yang sebenarnya tidak ditujukan untuk
dijual akan menimbulkan kesulitan karena dua penilai yang berbeda sangat
mungkin membuat hasil yang berbeda dalam penerapan net realizable value. Selain
itu entitas yang tidak memiliki pengetahuan pasar yang mencukupi tentang
penjualan aset (karena memang bukan bidangnya) tentu akan kesulitan menentukan
nilai yang lebih tepat.
Exit
Price Accounting ini memiliki dua hal utama dari biaya historis konvensional:
·
Nilai aktiva
non-moneter disesuaikan untuk mengukur perubahan harga jual pasar khusus untuk
aktiva dan mereka dimasukkan dalam pendapatan sebagai keuntungan yang belum
direalisasi.
·
Perubahan daya beli
umum uang dipertimbangkan ketika mengukur modal keuangan dan hasil usaha.
Aset di neraca disajikan kembali sebesar nilai keluar (harga jual) sehingga mereka mewakili 'nilai pasar wajar' kepada perusahaan dalam likuidasi, yaitu tidak dalam situasi 'fire-sale'.Laporan laba rugi merupakan laba (rugi) usaha serta keuntungan disesuaikan dengan inflasi dari aset induk. Oleh karena itu, laba diukur dengan konsep 'komprehensif' yang mengukur perubahan nyata total nilai semua elemen yang diakui dari ekuitas, dan mewakili akuntansi surplus bersih .Akuntansi surplus bersih adalah ketika laporan laba rugi menghubungkan keseimbangan neraca penutupan, dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke cadangan.
A.
ARGUMEN
PENDUKUNG UNTUK EXIT PRICE ACCOUNTING
1. Menyediakan informasi yang berguna
Perusahaan
bisnis pada masa lalu dimiliki langsung oleh orang atau mitra kelompok kecil.
Sehinggga Akuntan memiliki kewajiban untuk menyiapkan Laporan Keuangan hanya
untuk dua pihak, pemilk : yang mengelola bisnis dan tahu semua rinciannya, dan
kreditur : yang tertarik terutama dalam kemampuan pemiliknya untuk membayar
rekening atau pinjaman saat jatuh tempo.
Pada
masa sekarang, dengan banyaknya jumlah pemegang saham pada suatu perusahaan
menyebabkan Laporan keuangan perusahaan sebagai media informasi utama mengenai
perusahaan tersebut, sehingga Laporan keuangan dari akuntan eksternal menjadi
sangat penting. Menurut MacNeal, Prinsip-prinsip Akuntansi yang Konvensional
yang didasari Historical Cost berpotensi menghasilkan laporan keuangan yang
salah dan menyesatkan serta tidak berorientasi pada keputusan pemilik saham.
Solusi
ideal untuk akuntan adalah melaporkan semua keuntungan dan kerugian seperti
nilai seperti yang ditentukan dalam pasar yang kompetitif.Namun, tidak semua
aset memiliki nilai pasar. Oleh karena itu MacNeal mengusulkan penerapan
penilaian:
-
Aset yang dapat dipasarkan pada harga pasar (exit price)
-
Aset tidak tidak dapat dipasarkan yang dapat direproduksi pada biaya pengganti.
-
Aset tidak dapat dipasarkan yang tidak dapat direproduksi pada biaya historis.
Keuntungan
harus mencakup semua keuntungan maupun yang belum direalisasi dan kerugian
sesuai dengan prinsip surplus bersih.
2. Pengambilan
Keputusan yang Adaptif
Chambers
telah mengajukan pendapat secara komprehensif mengenai Exit Price Accounting
dalam continuously contemporary accounting (CoCoA) dan dikembangkan menjadi
Current Cash Equivalents (CCE).Chambers melihat bahwa perusahaan sebagai suatu
entitas yang adaptif terlibat dalam pembelian dan penjualan barang dan
jasa.Dalam bisnisnya, sebuah perusahaan harus dapat ikut serta dalam transaksi
pasar dan hal ini diungkap dalam Laporan Keuangan.Pada Lingkungan pasar,
monetary asset dan liabilities dapat ditentukan dengan harga pasar, contohnya
harga beli atau current cost tidak menampakkan kemampuan masuk kedalam pasar
dengan cash untuk tujuan adaptasi. Sedangkan harga jual atau Current Cash
Equivalent mmenunjukkan harga realisasi pada dasar likuidasi
Ketika
perusahaan membeli aktiva tidak lancar, ia akan mengubah kemampuannya untuk
beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli untuk kas, penurunan saldo kas
perusahaan menyebabkan berkurangnya kebebasan untuk berinvestasi pada yang
lain. Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal ini mengurangi kemampuan
perusahaan untuk memperoleh kredit lebih lanjut.Tetapi konsep perilaku adaptif
melihat perusahaan selalu siap untuk tindakan membuang asset jika hal itu
merupakan yang terbaik. Maka, perusahaan akan menjaga aktiva tidak lancar hanya
apabila nilai sekarang dari arus kas masa depan bersih dari penggunaan aktiva
lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan bersih dari
investasi alternatif exit value aset tersebut. Oleh karena itu, perusahaan
harus mempertimbangkan apakah kesempatan alternatif memberi keuntungan yang
lebih besar jika aset non-lancar mereka jual atau diinvestasi.Ini adalah konsep
opportunity cos, yang menggunakan harga jual dan bukan harga penggantian aset,
sebagai basis pengukuran.
Chamber
mengakui bahwa setiap aset, pada prinsipnya merupakan sebuah nilai tukar (harga
keluar) dan nilai pakai. Nilai pakai (nilai sekarang) pada dasarnya adalah
sejumlah nilai yang dihitung dari harapan sekarang dan chambers berpendapat
bahwa itu merupakan keyakinan tentang masa depan, bukan fakta sekarang.
3. Informasi yang Relevan dan dapat dipercaya.
Sterling
yakin bahwa ada suatu metode terbaik dalam menentukan keuntungan.Kriteria dalam
menentukan metode penilaian mana yang terbaik adalah metode yang memberikan
informasi lebih banyak dimana isi informasi tersebut harus relevan dan dapat
dipercaya.
Untuk
menjadi relevan, informasi harus berguna dalam model keputusan pengguna laporan
akuntansi.Model keputusan, pada gilirannya, memungkinkan pengguna untuk
menentukan tindakan yang diambil dari beberapa alternatif.Jika tidak ada
kendala, informasi yang dikumpulkan dapat relevan untuk setiap user atau untuk
setiap masalah yang diberikan dan model keputusan. Namun, karena informasi
sumber daya produksi langka dan mahal maka menjadi kendala untuk memilih model
keputusan yang sesuai dengan menilai kemampuan model untuk memprediksi
konsekuensi dari program alternatif yang tersedia saat tindakan.
Contohnya,
seorang pedagang gandum pada pasar sempurna dan harga yang stabil.Dia
mengartikan keuntungannya sebagai perbedaan antara modal pada dua hal diwaktu
yang berbeda antara tambahan investasi atau distribusi ke pemilik. Untuk pedagang
tersebut dapat dilihat 3 keputusan dan permasalahan
·
Melanjutkan keputusan
untuk masuk dan tetap didalam pasar
·
Melanjutkan keputusan
untuk menahan cash atau gandum
·
Mengevaluasi keputusan
yang lalu
Sterling
menjelaskan bahwa untuk kasus pedagang gandum metode penilaian yang paling
tepat dan relevan adalah Present Selling Prices
Kesimpulan
Sterling, Present market Method valuation mempunyai unsur:
·
Relevant ke semua
·
Dapat dipercaya
·
Bermakna empiris
·
Additive
·
Konsisten
·
Suatu penilain
·
Lebih informatif
4. Additivity
Chambers
mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci dalam mendukung akuntansi
CCE.Produk utama dari sistem akuntansi laporan akuntansi - neraca dan laporan
laba rugi.Jika kita memberikan nilai yang berbeda dengan karakteristik yang
relatif kecil dari fakta dan menggunakan skala pengukuran relatif kecil, maka
tidak ada arti tertentu atau komersial dapat dideduksi dari agregat - mereka
tidak dapat secara logis ditambahkan bersama-sama. Sebagai contoh, kita tidak
bisa nilai kewajiban sebesar harga perolehan (surat hutang), beberapa aset
sebesar biaya penggantian (persediaan), yang lain sebesar nilai kini (sewa
aset) dan yang lain di setara kas (debitur) dan memperoleh neraca yang sesuai.
Juga tidak bisa kita gunakan untuk mencampuradukan biaya historis pada tanggal
yang berbeda dan makna berbeda pada perhitungan aktiva bersih.
Maka,
penilaian dari semua elemen dalam neraca dan laporan laba rugi pada setara uang
mereka (nilai keluar), menyediakan satu aturan yang dapat diterapkan secara
konsisten terhadap perusahaan manapun.Sistem ini berkonsentrasi pada pengukuran
kemampuan keuangan penting - uang dan setara uang.Itu membuat tidak menggunakan
karakteristik fisik atau aset lainnya.
5. Alokasi
Thomas
mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya (historical dan Current)
sangat bergantung pada alokasi biaya untuk penilaian asset dan penentuan
keuntungan.Ia Berpendapat Exit Price Accounting dimasa mendatang mempunyai
laporan keuangan bebas alokasi.Laporan laba-rugi tidak melaporkan perubahan
dalam jumlah yang dialokasikan, tapi melaporkan arus masuk aktiva dan perubahan
nilai-nilai keluar dari aset perusahaan dan kewajiban dalam suatu periode
tertentu.Laba menampilkan jumlah perubahan daya beli riil dari aktiva bersih,
tidak termasuk investasi tambahan oleh dan distribusi kepada pemilik.
6. Kenyataan (Reality)
Exit
price melibatkan referensi untuk contoh-contoh yang nyata karena, setiap contoh
mengacu pada saat ini, harga pasar sebenarnya. Penyusutan tidak didefinisikan
dengan cara konvensional, namun dalam arti ekonomi penurunan harga pasar.
Penyusutan tidak mungkin terjadi dalam beberapa tahun jika harga naik atau
tetap konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka
item tersebut akan memiliki saldo nol. Selain itu, dipertukarkan adalah bagian
dari definisi suatu aset sehingga goodwill tidak dapat dijual secara terpisah,
tidak termasuk dari pertimbangan. Dengan dua kendala - dipertukarkan dan adanya
harga jual - semua item pada laporan keuangan dapat dikuatkan dengan bukti
nyata.
7. Obyektifitas
Hal
ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak objektif.Namun, beberapa
studi penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih objektif daripada
kebanyakan orang percaya. Parker melakukan studi penelitian tentang
perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit price dan jumlah biaya
historis tercatat. Objektivitas didefinisikan sebagai konsensus di antara
penilai.Komparatif didefinisikan sebagai sebuah konsensus dalam pengukuran.
Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker menunjukkan bahwa untuk mengukur
objektivitas dan komparatif, exit price mengungkapkan dispersi yang sedikit
dari jumlah tercatat. Penyebab utama dari kurangnya objektivitas nilai tercatat
adalah dispersi estimasi akuntansi di masa manfaat dan nilai sisa.
McKeown
juga menerapkan model ruang untuk sebuah perusahaan kontruksi jalan berukuran
sedang, dan menyimpulkan dengan analisa statistik bahwa metode yang digunakan
untuk menentukan exit price adalah objektivitas lebih (diverifikasi) daripada
metode berdasarkan Financial Accounting Standard. Dalam studi lain, McKoewn
dibandingkan empat model (exit price, current replacement, Historical cost in
specific level, Historical cost in general level)yang diusulkan dengan metode
GAAP untuk objektivitas mereka (verifiability) dan menyimpulkan bahwa model CCE
adalah yang paling objektivitas.
8. Ukuran risiko
Exit
price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko keuangan
pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset dengan exit
price yang berbeda secara signifikan dari entry price, maka aset tersebut
adalah proposisi berisiko. Informasi keuangan menunjukkan bahwa pembelian aset
tersebut harus merupakan proposisi jangka panjang dimana nilai ekonomi yang
ditemukan oleh nilai pakai, Sebaliknya, jika exit price meningkat secara
drastis, biaya peluang meningkat kembali dan harus dioperasikan dengan lebih
efisien.
Untuk
memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi posisi risiko dan
kinerja dalam mengelola risiko keuangan yang signifikan dengan rancangan
standar akan membutuhkan:
1. deskripsi dari
setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta kebijakan
untuk mengelola risiko tersebut.
2. informasi tentang
dampak risiko tersebut terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan
kinerja keuangan.
3. Informasi mengenai
metode dan asumsi utama yang digunakan untuk memperkirakan nilai wajar
instrumen keuangan.
B.
Argumen
yang bertentangan dengan exit price.
1.
Konsep
laba
Mengingat
bahwa keuntungan adalah ukuran efektivitas kinerja aktual perusahaan dalam
menggunakan sumber daya yang dipercayakan, Bell menyatakan:
Aktiva
tertentu telah dibeli dengan rencana operasi yang direncanakan. Rencana itu,
operasi-operasi, memang orang-orang yang telah mengembangkan rencana harus
dievaluasi alternatif-altenatif tentang masa depan yang dianggap, dan tugas
akuntan untuk memberikan data untuk mengevaluasi.
Setelah
evaluasi ini dibuat, perusahaan dapat memutuskan apakah akan terus menggunakan
aset yang diperoleh untuk tujuan tersebut atau untuk menjualnya dan menggunakan
hasil itu dalam beberapa alternatif lain. Konsep bermakna laba, oleh karena itu
pengukuran kinerja dalam hal yang seharusnya.Hanya setelah rencana yang
diharapkan dalam hal hasil yang dibuat dapat kita melanjutkan ke tahap
berikutnya untuk menentukan apakah rencana itu harus diubah dan aktiva yang
dijual. Di sisi lain, keluar pengukuran harga memerlukan konsep keuntungan di
mana rencana selalu untuk memaksimalkan setara kas aktiva bersih selama periode
pendek periode yang berurutan. Bell berpendapat bahwa untuk perusahaan lain
dari satu yang berkaitan dalam operasi perdagangan paling sederhana, seperti
yang diteliti oleh Strelling, 'seperti pandangan dari perusahaan, tujuan dan
modus yang berpikir, hanya akan tampaknya tidak berlaku. Argumen yang
bertentangan dengan exit price yang harus mengukur peristiwa masa lalu, yang
benar-benar terjadi, daripada yang mungkin terjadi jika perusahaan melakukan
sesuatu yang lain dari apa yang direncanakan.
2.
Additivity
Pendukung
exit price mengklaim bahwa pengukuran
akuntansi, jika mereka harus objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa
lalu dan kini. Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama
dengan angka saat ini.Pengkritik menunjukkan, bagaimanapun, arus kas yang setara
aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika itu
terjadi, peristiwa masa depan harus diasumsikan ketika setara kas saat ini
tercatat pada tanggal neraca. Nilai realisasi untuk sebuah aset yang harus
dijual segera di dalam likuidasi mungkin memaksa sangat menyimpang dari
likuidasi, bertahap teratur.Jika, pada kenyataannya, antisipasi tidak dapat
dihindari dalam setara kas memastikan saat ini, maka model exit price sendiri
melanggar prinsip eksklusi perhitungan antisipatif.
3.
Penilaian
kewajiban
Chambers
berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan harus
dinyatakan sebesar nilai nominal, bukan di nilai pasar.Ini telah membuat
inkonsistensi, karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan sebesar nilai pasar.Dalam
pertahanan, Chambers menyatakan bahwa pada waktu tertentu, terlepas dari harga
di pasar, perusahaan yang berutang kepada pemegang obligasi hanya sebesar
jumlah kontrak obligasi, karena itu adalah jumlah kontrak yang relevan dalam
menilai posisi keuangan saat ini.Dalam kebanyakan kasus, ini setara dengan
nilai nominal.Tapi kritikus tidak yakin karena, menurut definisi, posisi
keuangan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk terlibat dalam transaksi.Hal
ini secara logis menyiratkan kemampuan perusahaan untuk pasar untuk membeli
obligasi sendiri dengan harga pasar.
4.
Current
Cost or Exit price
Satu
pertanyaan sangat penting dalam memutuskan apakah akan menggunakan current cost
atau exit price. Di tahap mana dari siklus operasi, exit price mendominasi penilaian
aset?
Teori
current cost berpendapat bahwa harga
entri adalah ' metode penilaian normal' dibandingakan exit price karena alasan berikut:
-
Menggunakan harga
keluar (exit price) mengarah ke
revaluasi anomali atas perolehan karena segera setelah nilai pembelian biasanya
harga jatuh sehingga kurang dari harga perolehan.
-
Menggunakan harga
keluar(exit price) menyiratkan
pendekatan jangka pendek untuk operasi bisnis karena salah satu tertarik pada
nilai-nilai disposisi dan likuidasi.
-
Menggunakan harga keluar
(exit price) untuk persediaan barang
jadi mengarah pada antisipasi terhadap laba operasi sebelum titik skala karena
persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini.
C. VALUE
IN USE VS VALUE IN EXCHANGE
Staubus
menunjukkan bahwa sejumlah faktor yang umum untuk setiap viewpoint :
-
pengamatan harga pasar
lebih relevan untuk pengambilan keputusan keuangan.
-
keandalan yang
dibutuhkan oleh sistem pengukuran, yaitu penilaian tidak bergantung pada
alokasi subjektif.
-
aditif (pengukuran)
dari fenomena ekonomi adalah dibuat dalam satuan yang sama, disesuaikan dengan
pergerakan inflasi dan harga.
Ini
dapat digambarkan oleh beberapa keputusan aturan sederhana yang menggunakan
kembali akuntansi dalam hubungannya dengan kebutuhan net present value (NPV):
Jika CCA>CCE >
NPV, maka aset memiliki nilai di saat ini digunakan - mempertahankan operasi
saat ini.
Jika CCE > CCA>
NPV, lalu melikuidasi aset saat ini yang digunakan – dan terus-menerus aset
tersebut beradaptasi untuk alternatif investasi lainnya.
Jika CCE >CCA<NPV
,maka melikuidasi dan menghentikan semua operasi
.
D.
SISTEM
PENGUKURAN CAMPURAN DAN STANDAR INTERNASIONAL
Meskipun
dalam standar pelaporan keuangan internasional penilaian pasar dilakukan dengan
pendekatan nilai wajar, pendekatan ini dilakukan tidak beraturan karena pada
dasarnya lembaga pengatur akuntansi tidak memiliki konsep penilaian, capital
maintenance, atau pengukuran pendapatan.Staubus berpendapat bahwa mereka tidak
benar-benar menerapkan teori decision-usefulness.Akan tepapi mereka menerapkan
istilah mereka sendiri yaitu atribut dari aset atau hutang daripada metode
pengukuran yang unik.Hal inilah yang menimbulkan sistem pengukuran campuran.
Miller
dan Loftus berpendapat bahwa penggunaan informasi mengenai harga pasar atau
nilai sekarang membuat laporan keuangan semakin relevan.Meskipun itu, mereka
mengatakan bahwa “pengambilan sebagian dari standar-standar mengakibatkan
kekurangan konsistensi dalam penentuan dasar penilaian”.Hal inilah mereka
maksudkan sebagai sistem pengukuran campuran dan kekurangan konsistensi.uraian
dibawah menunjukkan pergeseran dari nilai historis dan penggunaan pengukuran
yang berbeda dalam standar akuntansi internasional:
1.
IAS2/AASB 102 :
mengijinkan pengukuran persediaan dengan net realisable value bahkan jika
nilainya diatas cost untuk produsen
'produk persediaan pertanian, hutan, mineral, dan broker' persediaan
komoditas.
2.
IAS 16/AASB 116 :
Peralatan (Property plant and equipment) dinilai berdasarkan nilai historis
atau nilai setelah revaluasi dimana nilai setelah revaluasi adalah nilai wajar
dikurangi akumulasi depresiasi sebelumnya dan kerugian impairment.
3.
IAS 16/ AASB 117 :
leasehold interes tanah dihitung sebagai investment property dan diukur pada
nilai wajar dengan perubahan nilai diakui sebagai laba atau rugi pada laporan
laba rugi
4.
IAS 19 / AASB 119 :
pengukuran curtailment gain or loss meliputi : a) perubahan nilai sekarang dari
benefit obligation yang telah ditentukan b)perubahan dalam nilai wajar atas
aset peralatan c) bagian pro rata yang berkaitan dengan laba atau rugi aktuaria
5.
IAS 29/AASB 129 :
penyesuaian atas laporan keuangan dari suatu entitas yang beroperasi dapa
hiperinflasi ekonomi dapat dilakukan dengan index level harga umum
6.
IAS 36 / AASB 136 :
impairment aset dimana aset dinilai dalam nilai yang dapat dipulihkan, yang
lebih tinggi dari nilai aset yang digunakan Current Cash Equivalent
7.
IAS 36/ AASB 136 :
memperlakukan nilai residu dari aset sebagai current cash equivalent.
8.
IAS 37/ AASB 137 :
pengukuran provisi ditentukan berdasarkan metode nilai sekarang yang diharapkan
9.
IAS 40/ AASB 140 :
Investasi properti dapat diukur dengan pilihan a)impairment berdasarkan
depresiasi cost b) nilai wajar dengan perubahan dimasukkan dalam laporan laba
rugi sebagai laba atau rugi
E.
STUDI KASUS
Neraca
dari asia-pasific ltd berdasarkan exit price method untuk posisi per 31
desember 2007 adalah sbb:
ASIA-PASIFIC
LTD
BALANCE
SHEET
AS
AT 31 DESEMBER 2007
Cash
|
50.000
|
Creditors
|
120.000
|
Debtors
|
140.000
|
Other
Short Term Liabilities
|
40.000
|
Inventory
|
220.000
|
Marketable
Debentures 15%
|
400.000
|
Equipment
|
540.000
|
Paid Up Capital
|
1.000.000
|
Land And Buildings
|
800.000
|
Capital Maintenance Reverse
|
220.000
|
Invesment
|
200.000
|
Retained Earning
|
170.000
|
Total Asset
|
1.950.000
|
Total
Liabilities And Equity
|
1.950.000
|
Perusahaan
menggunakan sistem FIFO,
dan persediaan pada awal berdasarkan nilai historis adalah $200.000.the general price index pada awal 2008 adalah 120.
1.
Selama 2008 transaksi
yang terjadi adalah sbb:
Penjualan 2.400.000
Pembelian 1.600.000
Kas Dibayarkan Ke
Kreditur 1.670.000
Kas Diterima Dari
Debitur 2.320.000
Kas Untuk Aktivitas
Operasi 480.000
Pajak Yang Dibayar 40.000
Pembelian Peralatan 200.000
Deviden Diterima 30.000
2.
Nilai jual kembali aset
fisik pada 31 Desember sbb:
Inventories (Cost 210.000)
280.000
Equipment 500.000
Land and Building 830.000
3.
Nilai pasar hutang
menurun menjadi 340.000
pada 31 desember 2008, sedangkan invesment menjadi 185.000
4.
Hutang pajak 2008
sebesar 45.000
5.
General
Price Index naik dari 120 menjadi 130
Pertanyaan:
Buatlah
jurnal berdasarkan basis exit price dan siapkan laporan keuangannya.Pergunakan
perubahan General Price Level.
Jawaban:
1.
Jurnal penyesuaian
berdasarkan exit market pada akhir tahun anggaran
Land and Building 30.000
Inventory (Closing) 70.000
Price
Variation 155.000
Equipment 240.000
Invesment 15.000
2.
Restate
opening inventory berdasarkan historical cost
Price
Variation 20.000
Inventory (Opening) 20.000 (di awal
220.000 menjadi 200.000)
3.
Restate ekuitas berdasarkan
nilai pembelian sekarang
Price
Level Adjusment 115.833
Price
Level Reserve (????) 101.666
Retained Earning 14.167
Perhitungan
untuk membeli power adjustment
|
Dollar of31
Dec 2007
|
Dollar of 31
Dec 2008
|
Adjust 2008
|
Paid-Up Capital
|
1.000.000x
130/120
|
1.083.333
|
83.333
|
Price Level Reverve
|
220.000
x 130/120
|
238.333
|
18.333
|
Retained Earning
|
170.000x
130/120
|
184.167
|
14.167
|
Shareholder Equity
|
1.390.000x
130/120
|
1.050.833
|
115.833
|
ASIA-PASIFIC
LTD
CCE
INCOME STATEMENT
FOR
THE YEAR ENDED 31 DECEMBER 2008
Operating
activities
|
|
|
Sales revenue
|
|
2.400.000
|
Less: operating exp
|
|
|
Operating inventory
(at cost)
|
200.000
|
|
Add: purchase
|
1.600.000
|
|
|
1.800.000
|
|
Closing inventory (at cost)
|
210.000
|
|
Cost of sales
|
|
1.590.000
|
Cash operating cost
|
|
480.000
|
Operating profit (at cost)
|
|
330.000
|
Opening inventory price variation
|
(20.000)
|
|
Closing inventory price variation
|
70.000
|
50.000
|
Exit value
operating profit
|
|
380.000
|
Add: deviden
|
|
30.000
|
Current profit
|
|
410.000
|
Other price variation
|
|
|
Land and building
|
30.000
|
|
Investment
|
(15.000)
|
|
Equipment
|
(240.000)
|
|
|
|
(225.000)
|
|
|
185.000
|
Less : price
capital adjusment
|
|
115.833
|
Profit
|
|
69.167
|
ASIA-PASIFIC
LTD
CCE
APPROPRIATION STATEMENT
FOR
THE YEAR ENDED 31 DECEMBER 2008
Retained earning
2007
|
170.000
|
Add :price
level adj
|
14.167
|
|
184.167
|
Profit 2008
|
69.167
|
Total
|
253.334
|
Less :tax
|
45.000
|
Retained earning 2008
|
208.334
|
ASIA-PASIFIC
LTD
BALANCE
SHEET
AS
AT 31 DESEMBER 2007
Cash
|
10.000
|
Creditors
|
50.000
|
Debtors
|
220.000
|
Other Short Term
Liabilities
|
45.000
|
Inventory
|
280.000
|
Marketable
Debentures 15%
|
400.000
|
Equipment
|
500.000
|
Paid Up Capital
|
1.000.000
|
Land And Buildings
|
830.000
|
Capital Maintenance Reverse
|
321.666
|
Invesment
|
185.000
|
Retained Earning
|
208.334
|
Total Asset
|
2.025.000
|
Total Liabilities
And Equity
|
2.025.000
|
KESIMPULAN
Berdasarkan
penjelasan mengenai Exit Price Accounting sebelumnya, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1.
Exit Price Accounting
merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar untuk mengukur
posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan.
2.
Terdapat beberapa
argumen yang memberikan dukungan terhadap digunakannya Exit Price Accounting
ini, di antaranya ialah dapat menyediakan informasi yang berguna, membantu
pengambilan keputusan yang adaptif, menyediakan informasi yang relevan dan
dapat dipercaya, memberi gambaran sesuai dengan kenyataan yang ada,
meningkatkan obyektivitas dan argumen-argumen lainnya.
3.
Terdapat pula beberapa argumen
yang bertentangan dengan metode Exit Price ini, di antaranya adalah, kadang
exit price tidak dapat mengantisipasi setara
kas dan memastikan nilainya saat ini, dalam menilai kewajiban terlepas dari
harga di pasar, perusahaan yang berutang kepada pemegang obligasi hanya sebesar
jumlah kontrak obligasi, dan argumen-argumen lainnya yang bertentangan
4.
Menurut Miller dan
Loftus penggunaan informasi mengenai harga pasar atau nilai sekarang membuat
laporan keuangan semakin relevan. Meskipun begitu, pengambilan sebagian dari
standar-standar mengakibatkan kekurangan konsistensi dalam penentuan dasar
penilaian. .
terimakasih
BalasHapus