Senin, 18 Februari 2013

Justru cobaan terbesar dalam hidup kita adalah orang-orang terdekat kita


Sadar atau tidak, dalam beberapa hal, justru orang-orang yang terdekat dalam hidup kita, bahkan orang-orang yang kita cintai dapat menjadi cobaan terbesar dalam hidup jika kita tidak pandai dalam menyikapinya. 

Gak percaya?mari kita lihat..

Contoh ketika masuk dunia kerja, misalkan dalam istansi pemerintah, awalnya kita punya prinsip yang kuat yaitu tidak akan menerima suap bahkan gratifikasi sekecil apapun. Ketika masih menjadi pegawai baru dan belum memiliki banyak teman, kita masih teguh pada pendirian sendiri, tidak peduli apa yang dipikirkan orang-orang disekitar kita ketika kita menolak gratifikasi atau suap dari pengguna jasa. 

Namun setelah kita bergaul dengan teman-teman dikantor, punya banyak teman dekat, semakin dekat dan dekat, justru kredibilitas menjadi menurun. Sebagai contoh Ketika kita melihat secara langsung teman-teman dekat kita sedang menerima suap, kita pasti berusaha untuk memalingkan pandangan kita, agar teman kita tidak malu/berkecil hati kepada kita karena dia mau menerima suap sehingga mereka tidak canggung bergaul dengan kita. Kalau teman kita yang menerima suap, mungkin rasa bersalah itu masih dapat kita tolerir oleh diri sendiri, walaupun itu salah.

Nah, bagaimana kalau yang sedang dihadapkan dengan suap adalah dirikita sendiri? Ketika ada pengguna jasa datang hendak memberi gratifikasi atau suap kepada kita, sedangkan teman dekat kita yang termasuk penerima suap sedang melihat kita, apa yang hendak kita lakukan? Akankan kita tetap berpendirian pada idealisme kita untuk tidak menerima gratifikasi itu atau kita lebih memilih untuk menerimanya walau terpaksa, dengan harapan kita tetap nyaman bergaul dengan mereka dan dapat diterima menjadi bagian mereka??

Sekarang contoh yang kedua, orang tersebut lebih dari sekedar teman, dia adalah istri dan anak-anak kita atau keluarga kita sendiri. Mereka adalah orang-orang yang sangat kita sayangi, bahkan lebih dari harta benda lain yang kita miliki. Apa yang kita lakukan jika mereka pada suatu saat meminta suatu hal yang mungkin pada saat itu hanya dapat kita penuhi jika kita mau menerima suap atau gratifikasi. Apakah kita akan mengorbankan harga diri kita dan keluarga kita untuk memenuhi keinginan mereka?atau kita akan tetap teguh pada pendirian kita??

Jawabannya adalah kembali pada diri kita sendiri, bukan kepada mereka. Jangan jadikan mereka sebagai alasan pembenaran kita. Kalau kita mau menerima suap atau gratifikasi demi mereka, itu adalah salah kita. kenapa kita tidak mencari sumber rezeki dari hal yang lebih baik?? apakah anda yakin teman-teman kita akan memusuhi kita jika kita menolak pemberian itu?? apakah teman kita rugi jika kita menolak pemberian itu?? kenapa kita takut menolaknya??

Itu baru sedikit contoh yang dapat kita ambil, bahwa dalam beberapa hal, makin dekat hubungan seseorang dengan orang lain maka semakin besar pula cobaan yang mungkin akan dihadapi, kecuali jika kita tegas dan pandai menyikapinya.

By : Bayu Dwi Nurcahyo


3 komentar:

  1. Islam muncul dalam keadaan asing dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu...(HR. Muslim)

    Rezeki kita kemarin, hari ini dan besok sudah ditentukan Allah, sekarang terserah kita mo ngambilnya dengan cara Halal dan berkah ato dengan cara haram...
    ada sedikit tips: Be Inspiring man for your environment..tunjukin kl bebas KKN itu membuat kita BAHAGIA...

    so bayu...jangan takut untuk jadi terasingkan.

    BalasHapus
  2. Saya bangga kepada seseorang bukan dilihat dari Dia orang sukses atau Dia tidak sukses, Dia Kaya atau Miskin, Dia pakai mobil atau Jalan Kaki, Dia pandai atau kurang Pandai...
    Tetapi Saya Bangga kepada Dia..karena Dia hanyalah Dia saja...

    BalasHapus
  3. Insya allah tidak akan takut,,kita juga gak akan pernah di asingkan jika kita punya prisnsip yang berbeda dengan orang lain,,sepanjang prinsip kita benar,,,

    BalasHapus