Selasa, 29 Januari 2013

Sejarah disampaikan tergantung pada siapa yang berkuasa, sedangkan berita disampaikan tergantung pada siapa pemilik media massa-nya


Saya yakin diantara kita semua pernah belajar sejarah, baik sejarah Nasional maupun Dunia. Sejarah Nasional banyak menceritakan tentang seluk beluk Negara kita, baik proses berdirinya Negara, sistem pemerintahan, pahlawan negara, kejadian-kejadian bersejarah, dsb. Sedangkan sejarah Dunia biasanya menceritakan tentang pemerintahan negara di dunia, pemimpin-pemimpin hebat didunia, peristiwa-peristiwa penting di dunia, dsb.

Tapi tahu tidak, kalau kita cermati, terkadang ada cerita-cerita sejarah yang  membingungkan dan tidak bisa diambil kesimpulan mana yang benar dan yang salah. 

Kita ambil contoh Sejarah tentang peristiwa G-30 S PKI, di era Orde Baru dan era Reformasi memiliki sudut pandang dan cerita yang berbeda-beda. Pada era Orde Baru menyatakan bahwa Soekarno yang bersalah, sedangkan pada era Reformasi justru menyatakan bahwa Soekarno lah pahlawan yang sebenarnya. Apa yang sebenarnya terjadi, manakah yang benar, apakah ilmu-ilmu sejarah lain yang kita peroleh selama ini juga diperlakukan sama yaitu dijabarkan sesuai dengan siapa yang berkuasa, bukan berdasarkan kebenaran yang ada?? 

Kalau memang benar seperti itu, berarti sama saja kita dibodohi dan dihasut. Tujuan kita belajar sejarah adalah agar kita bisa mengambil hikmah dari peristiwa itu. Kita dapat menjadikan sejarah sebagai pengalaman, agar kedepannya tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan oleh pendahulu kita dan menjadikan kesuksesan-kesuksesan yang sudah dilakukan pendahulu kita sebagai teladan untuk penerusnya.

Tetapi jika sejarah itu diputar balikkan seperti peristiwa G-30 S PKI di atas, bisa jadi ketika kita meneladani orang-orang yang dianggap pahlawan pada era tertentu, sebenarnya kita sedang meneladani penghianat negara dan sebaliknya. Masya Allah.

Sama halnya dengan berita yang disampaikan oleh media massa. Berita seharunya memuat informasi tentang apa yang baru terjadi, sedang terjadi dan informasi lainnya yang memang benar adanya, baik untuk disampaikan dan berimbang.

Apa kaitannya berita dan sejarah yang diputar balikkan?

Yap, kalau kita cermati, ternyata terkadang berita juga disampaikan tergantung pada siapa yang memiliki media massa tersebut, sama seperti sejarah yang disampaikan tergantung pada siapa yang berkuasa.

Jika kita jeli, kita bisa melihat media massa (baik elektronik maupun cetak) yang sudah berbau politik, pasti beritanya tidak berimbang. Demi kepentingan politik, terkadang media massa tersebut menyampaikan informasi yang membesar-besarkan satu pihak atau menjelek-jelekkan pihak lain. Terkadang media tersebut membesar-besarkan hal kecil dan mengecilkan hal yang sebenarnya besar. Bahkan informasinya diulang-ulang terus seolah-olah tidak ada informasi lain yang lebih penting dari informasi itu, seolah-olah tidak ada peristiwa lain yang perlu di informasikan.

Sebenarnya apa yang terjadi? seharusnya berita dan sejarah adalah sumber ilmu. Jika terus seperti ini, maka saya yakin masyarakat akan menjadi bodoh dan memiliki wawasan yang sempit karena hanya memperoleh informasi yang tidak berimbang dan terus diulang-ulang sampai lupa masalah lain.

Jika masyarakat bodoh, maka kita akan kembali ke masa sejarah kelam dulu, dimana negara kita masih berisi masyarakat yang bodoh. Sejarah kelam adalah baik untuk dikenang bukan untuk diulang.

Ayolah, sampaikan informasi yang mencerdaskan bukan malah menjerumuskan, informasi yang bermanfaat yang akan mebawa hal-hal baik bagi masyarakat. Karena Jika masyarakat cerdas maka  negara akan maju.

By : Bayu Dwi Nurcahyo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar