Sadar atau tidak, dalam beberapa
hal, justru orang-orang yang terdekat dalam hidup kita, bahkan orang-orang yang
kita cintai dapat menjadi cobaan terbesar dalam hidup jika kita tidak pandai
dalam menyikapinya.
Gak percaya?mari kita lihat..
Contoh ketika masuk dunia kerja,
misalkan dalam istansi pemerintah, awalnya kita punya prinsip yang kuat yaitu tidak
akan menerima suap bahkan gratifikasi sekecil apapun. Ketika masih menjadi pegawai
baru dan belum memiliki banyak teman, kita masih teguh pada pendirian sendiri,
tidak peduli apa yang dipikirkan orang-orang disekitar kita ketika kita menolak
gratifikasi atau suap dari pengguna jasa.
Namun setelah kita bergaul dengan
teman-teman dikantor, punya banyak teman dekat, semakin dekat dan dekat, justru
kredibilitas menjadi menurun. Sebagai contoh Ketika kita melihat secara
langsung teman-teman dekat kita sedang menerima suap, kita pasti berusaha untuk
memalingkan pandangan kita, agar teman kita tidak malu/berkecil hati kepada
kita karena dia mau menerima suap sehingga mereka tidak canggung bergaul dengan kita. Kalau teman kita yang menerima suap, mungkin
rasa bersalah itu masih dapat kita tolerir oleh diri sendiri, walaupun itu
salah.
Nah, bagaimana kalau yang sedang
dihadapkan dengan suap adalah dirikita sendiri? Ketika ada pengguna jasa datang
hendak memberi gratifikasi atau suap kepada kita, sedangkan teman dekat kita
yang termasuk penerima suap sedang melihat kita, apa yang hendak kita lakukan? Akankan
kita tetap berpendirian pada idealisme kita untuk tidak menerima gratifikasi itu
atau kita lebih memilih untuk menerimanya walau terpaksa, dengan harapan kita
tetap nyaman bergaul dengan mereka dan dapat diterima menjadi bagian mereka??
Sekarang contoh yang kedua, orang
tersebut lebih dari sekedar teman, dia adalah istri dan anak-anak kita atau
keluarga kita sendiri. Mereka adalah orang-orang yang sangat kita sayangi,
bahkan lebih dari harta benda lain yang kita miliki. Apa yang kita lakukan jika
mereka pada suatu saat meminta suatu hal yang mungkin pada saat itu hanya dapat
kita penuhi jika kita mau menerima suap atau gratifikasi. Apakah kita akan
mengorbankan harga diri kita dan keluarga kita untuk memenuhi keinginan
mereka?atau kita akan tetap teguh pada pendirian kita??
Jawabannya adalah kembali pada diri kita sendiri, bukan kepada mereka. Jangan jadikan mereka sebagai alasan pembenaran kita. Kalau kita mau menerima suap atau gratifikasi demi mereka, itu adalah salah kita. kenapa kita tidak mencari sumber rezeki dari hal yang lebih baik?? apakah anda yakin teman-teman kita akan memusuhi kita jika kita menolak pemberian itu?? apakah teman kita rugi jika kita menolak pemberian itu?? kenapa kita takut menolaknya??
Itu baru sedikit contoh yang dapat kita ambil, bahwa dalam beberapa hal, makin dekat hubungan seseorang dengan orang lain maka semakin besar pula cobaan yang mungkin akan dihadapi, kecuali jika kita tegas dan pandai menyikapinya.
By : Bayu Dwi Nurcahyo
Islam muncul dalam keadaan asing dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu...(HR. Muslim)
BalasHapusRezeki kita kemarin, hari ini dan besok sudah ditentukan Allah, sekarang terserah kita mo ngambilnya dengan cara Halal dan berkah ato dengan cara haram...
ada sedikit tips: Be Inspiring man for your environment..tunjukin kl bebas KKN itu membuat kita BAHAGIA...
so bayu...jangan takut untuk jadi terasingkan.
Saya bangga kepada seseorang bukan dilihat dari Dia orang sukses atau Dia tidak sukses, Dia Kaya atau Miskin, Dia pakai mobil atau Jalan Kaki, Dia pandai atau kurang Pandai...
BalasHapusTetapi Saya Bangga kepada Dia..karena Dia hanyalah Dia saja...
Insya allah tidak akan takut,,kita juga gak akan pernah di asingkan jika kita punya prisnsip yang berbeda dengan orang lain,,sepanjang prinsip kita benar,,,
BalasHapus