Sabtu, 06 April 2013

Dulu, punya cita-cita dahulu, baru bisa jadi pemimpin. Sekarang, punya uang dahulu, baru bisa jadi pemimpin.


Coba kita lihat sosok pemimpin-pemimpin Indonesia di awal-awal kemerdekaan. Kita ambil contoh Bung Karno dan Bung Hatta. Mereka dijuluki bapak Proklamator, karena pada masa merekalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan.

Bung Karno dan Bung Hatta tidak hanya disegani oleh Bangsa Indonesia, tetapi mereka juga amat disegani di Negara-negara seluruh Dunia. Hampir disetiap kunjungannya ke Negara-negara di Dunia, mereka selalu di sambut oleh ribuan warga di negara tersebut, bahkan di Amerika Sekalipun yang pada waktu itu sangat membenci kepemimpinan Bung Karno dan Bung Hatta karena kedekatannya dengan Rusia, warganya selalu berbondong-bondong ingin melihat sosok kedua pemimpin tersebut.

Mereka berbondong-bondong ingin sekali menyambut kedatangan Bapak Proklamator tersebut, karena mereka sangat penasaran dengan sosok pemimpin yang sangat disegani di Negaranya tersebut. Mereka penasaran dengan sosok kedua orang tersebut yang telah menyihir rakyatnya untuk selalu tunduk seolah-olah mereka adalah dewa penyelamat. Mereka penasaran dan selalu bertanya-tanya “ Apakah gerangan yang membuat mereka menjadi sosok manusia yang sangat dikagumi, dan mengapa bangsa mereka memilih kedua orang tersebut menjadi pemimpinnya? ”.

“ Mereka bukanlah jutawan, mereka bukanlah pengusaha besar yang punya banyak uang, mereka juga bukan tuan tanah yang punya berhektar-hektar lahan, mereka hanyalah seorang pelajar bahkan mantan tahanan yang sudah melalang buana ke berbagai tempat tahanan di Indonesia dan mereka juga tidak memiliki apa-apa, tetapi mengapa mereka mau dengan senang hati menjadi pengikutnya? “

“ Apakah rakyat Indonesia waktu itu sudah kelewat bodoh sehingga mau menunjuk keduanya menjadi pemimpin mereka, apakah tidak ada orang lain yang lebih baik dari mereka?, yang lebih intelek atau yang lebih kaya raya mungkin ?”

“ Karena dengan keadaan seperti itu, bagaimana mereka bisa mengurusi ekonomi rakyatnya, mengurusi  ekonomi diri sendiri saja masih pas-pasan “.

“ Coba mereka lebih memilih jutawan atau konglomerat, mungkin mereka lebih makmur. Konglomerat uangnya banyak, pasti dia lebih mementingkan rakyatnya ketimbang diri sendiri. Mereka sudah terbiasa hidup makmur bahkan berlebihan, pasti mereka tidak akan hidup berlebihan jika menjadi pemimpin, karena sudah tidak heran dengan hal itu. “

“ Hari berganti hari, bulan berganti bulan, ternyata apa yang aku percayai selama ini perlahan terkikis“.

“ Rasa penasaranku yang selama ini terus membuatku bertanya-tanya terjawab sudah, dan kini aku menjadi yakin dan jelas bahwa apa yang mereka lakukan benar “.

“ Setelah dipelajari dan dicermat mendalam, Saya menjadi paham. Dan seandainya Saya pada saat itu adalah orang Indonesia, Saya pun pasti akan bertindak sama dengan rakyat Indonesia ”.

“ Sekarang saya menjadi sadar bahwa yang bodoh adalah saya, dan pikiran saya menjadi terbuka mengapa bangsa Indonesia lebih memilih kedua orang miskin tersebut menjadi pemimpinnya.”

“ Ternyata Indonesia di jaman itu rakyatnya cerdas-cerdas. Karena mereka tahu bahwa kedua orang tersebut miskin bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena pengorbanan demi kemakmuran Bangsa dan Negaralah yang membuat mereka miskin. ”

“ Mereka berdua adalah orang-orang yang Agung, karena rela memberikan apa yang dia miliki untuk orang-orang yang lebih membutuhkan dikala dia sendiri sedang membutuhkan “.

 “ Mereka terpilih bukan dengan money politik atau dengan serangan fajar, tetapi atas dasar cita-cita mulia untuk memakmurkan bangsa ini “.

Akankah muncul kembali pemimpin-pemimpin yang sama seperti mereka di era sekarang ini? Jikalau ada, tunjukanlah kepada kami pemimpin-pemimpin itu dan berikanlah kesempatan kepada mereka untuk mengubah kami menjadi lebih baik.

Dapatkah rakyat Indonesia bertindak cerdas seperti jaman itu? Jikalau dapat, mudahkanlah kami untuk bertindak cerdas, sehingga tidak tergoda dengan money politik atau serangan fajar dalam memilih pemimpin Kami.

Karena jika money politik atau serangan fajar masih terus membudaya di Negeri ini, saya yakin pemimpin seperti mereka berdua tidak akan muncul kembali, mereka pasti akan kalah karena mereka tidak mau melakukan hal-hal seperti itu, dan yang akan menang adalah orang-orang beruang yang mampu membayar orang-orang untuk memilih mereka.

Jika orang-orang yang beruang tersebut menang, maka jaminan bagi bangsa ini tidak akan maju, karena mereka lebih sibuk mengurus bagaimana caranya mengembalikan uang yang sudah dikeluarkan untuk membayar orang-orang untuk memilih mereka dari pada mengurus kemakmuran rakyatnya.

Namun jika orang-orang seperti kedua pemimpin tersebut menang, saya yakin Negara ini akan maju, karena kepentingan rakyatlah yang menjadi utama bagi mereka.


Mudah-mudahan apa yang kita lakukan adalah benar, dan apa yang menjadi harapan kita dapat segera terwujud..amin


By : Bayu Dwi Nurcahyo

2 komentar: